Skip to main content

MENGHIPNOSIS TUHAN (Moslem Edition)

Assalamualaikum saudara saudaraku pembaca setia blog EDIM Shool,
mungkin dari judul diatas terlalu extreem atau bisa disebut kurang ajar terhadap tuhan Namun inilah yang akan kami bahas disini tentang bagaimana menghipnosis tuhan agar MAU memberikan segala apa yang kita inginkan dan bahkan memberikan surga Nya untuk kita...

Sebagaimana Hipnosis pada umumnya, langkah langkah untuk menghipnosis tuhan pun juga sama, namun dengan kesan yang sedikit berbeda karna yang kita hipnosis kali ini adalah tuhan Allah... iya brow/sist, kita akan belajar menghipnosis ALLAH...

ALLAH akan mau menuruti semua keinginan kita atau bahkan memberikan yang lebiha baik dari yang kita inginkan jika kaita mampu melakukan syarat "hipnosis tuhan" yang akan kami berikan insya Allah..

Hipnosis pada umumnya memiliki beberapa step yaitu:
1. building raport
2. progresif relaksasi
3. tes sugestibilitas
4. induksi
5. deepening
6. sugesti
7. terminasi.

Ok, mari kita bedah satu persatu bagaimana melakukan langkah langkah yang kami tulis diatas untuk melakukan hipnosis kepada tuhan

  1. Building raport: bisa disebut dengan membangun keakraban, kita lakukan pendekatan kepada Allah dengan cara selalu menjalankan perintahnya dan meninggalkan semua larangannya (taqwa) juga selalu menyebut nama Nya dan menganggap tuhan benar benar dekat dengan kita. dengan cara ini insya Allah kita selalu dalam perlindungan Allah SWT karna kita telah melakukan apapun perintahnya dan meninggalkan larangannya, juga melakukan RUKUN ISLAM dengan baik dan ikhlas.
  2. Progresif relaksasi: yang dimaksud progresif relaksasi dalam hal ini sedikit berbeda karna kita akan melakukan progresif relaksasi terhadap diri kita sendiri, kita melakukan ibadah terhadap ALLAH SWT dengan cara atau keadaan tenang, rileks dan khusyu'. karna saat kita berdoa dalam keadaan tersebut kita sudah mencapai kondisi alpha yang dimana akan sangat mudah doa doa kita untuk di jabah.
  3. Tes Sugestibilitas: untuk step kali ini juga untuk diri kita sendiri. kadang kita menemui beberapa kesulitan atau hambatan untuk melakukan ibadah terhadap Allah SWT, namun jika kita tetap tekun dan berusaha untuk tetap menjalankan perintahnya (sholat, puasa dll) insya Allah kita akan semakin disayangi oleh Allah SWT. amin...
  4. Induksi: Ini step yang bagi sebagian orang merasa keberatan. dimana kita akan di INDUKSI oleh ALLAH dengan cara memberikan ujian ujian kehidupan didunia.
  5. Deepening: bagi orang yang semakin tebal imannya maka ujian yang diberikan semakin kuat, jika kita mampu melewati ujian yang diberikan insya Allah derajat kita semakin diangkat oleh Allah. amiin...
  6. Sugesti: Disini kita akan memberikan kata kata permintaan terhadap Allah, sebuah kata kata yang baik, atau bisa disebut dengan DOA. sebagaimana hukum sugesti ialah mengucapkannya secara berulang ulang, maka kita juga harus berdoa kepada Allah secara terus menerus tanpa mengenal lelah...
  7. Terminasi: nah... jika kita sudah melewati langkah langkah diatas, saatnya kita mengakhirinya dengan rasa ikhlas, pasrah dan berserah diri kepada Allah, dan lihat apa yang akan Allah lakukan terhadap kita.

“سَأَلَ مُوسَى رَبَّهُ: مَا أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً؟ قَالَ: هُوَ رَجُلٌ يَجِىءُ بَعْدَ مَا أُدْخِلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ فَيُقَالُ لَهُ: ادْخُلِ الْجَنَّةَ. فَيَقُولُ: أَىْ رَبِّ كَيْفَ وَقَدْ نَزَلَ النَّاسُ مَنَازِلَهُمْ وَأَخَذُوا أَخَذَاتِهِمْ؟ فَيُقَالُ لَهُ: أَتَرْضَى أَنْ يَكُونَ لَكَ مِثْلُ مُلْكِ مَلِكٍ مِنْ مُلُوكِ الدُّنْيَا؟ فَيَقُولُ: رَضِيتُ رَبِّ. فَيَقُولُ: لَكَ ذَلِكَ وَمِثْلُهُ وَمِثْلُهُ وَمِثْلُهُ وَمِثْلُهُ. فَقَالَ فِى الْخَامِسَةِ: رَضِيتُ رَبِّ. فَيَقُولُ: هَذَا لَكَ وَعَشَرَةُ أَمْثَالِهِ وَلَكَ مَا اشْتَهَتْ نَفْسُكَ وَلَذَّتْ عَيْنُكَ. فَيَقُولُ: رَضِيتُ رَبِّ…”.

“(Suatu saat) Nabi Musa bertanya kepada Allah, ”Bagaimanakah keadaan penghuni surga yang paling rendah derajatnya?”. Allah menjawab, “Seorang yang datang (ke surga) setelah seluruh penghuni surga dimasukkan ke dalamnya, lantas dikatakan padanya, “Masuklah ke surga!”. “Bagaimana mungkin aku masuk ke dalamnya wahai Rabbi, padahal seluruh penghuni surga telah menempati tempatnya masing-masing dan mendapatkan bagian mereka” jawabnya. Allah berfirman, “Relakah engkau jika diberi kekayaan seperti raja-raja di dunia?”. “Saya rela wahai Rabbi” jawabnya. Allah kembali berfirman, “Engkau akan Kukaruniai kekayaan seperti itu, ditambah seperti itu lagi, ditambah seperti itu, ditambah seperti itu, ditambah seperti itu dan ditambah seperti itu lagi”. Kelima kalinya orang itu menyahut, “Aku rela dengan itu wahai Rabbi”. Allah kembali berfirman, “Itulah bagianmu ditambah sepuluh kali lipat darinya, plus semua yang engkau mauim serta apa yang indah di pandangan matamu”. Orang tadi berkata, “Aku rela wahai Rabbi”…”. HR. Muslim (I/176 no 312) dari al-Mughîrah bin Syu’bah radhiyallahu’anhu.


Seorang muslim yang mendengar hadits di atas atau yang semisal, ia akan semakin merindukan untuk meraih kemenangan masuk ke surga Allah kelak. Bagaimana tidak? Sedangkan orang yang paling rendah derajatnya di surga saja sedemikian mewah kenikmatan yang akan didapatkan di surga, lantas bagaimana dengan derajat yang di atasnya? Bagaimana pula dengan orang yang menempati derajat tertinggi di surga? 

 Pendek kata mereka akan mendapatkan kenikmatan yang disebutkan oleh Allah dalam al-Qur’an,

“فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ”.

Artinya: “Seseorang tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka; yaitu (bermacam-macam kenikmatan) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. QS. As-Sajdah: 17.


Namun anehnya ternyata masih banyak di antara kaum muslimin yang tidak ingin masuk surga, sebagaimana telah disinggung oleh Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dalam haditsnya,

“كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى” قَالُوا: “يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟” قَالَ: “مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى”.
“Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yang enggan”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan (untuk masuk surga)?”. Beliau menjawab, “Barang siapa yang taat padaku maka ia akan masuk surga, dan barang siapa yang tidak mentaatiku berarti ia telah enggan (untuk masuk surga)”. HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
Jadi tidak setiap yang mendambakan surga, kelak akan mendapatkannya; karena surga memiliki kunci untuk memasukinya; barang siapa yang berhasil meraihnya di dunia; niscaya ia akan merasakan manisnya kenikmatan surga kelak di akhirat, sebaliknya barang siapa yang gagal merengkuhnya; maka ia akan tenggelam dalam kesengsaraan siksaan neraka.

Kunci tersebut ada empat, yang secara ringkas adalah:

  1. Ilmu.
  2. Amal.
  3. Dakwah.
  4. Sabar.
Empat kunci ini telah Allah subhanahu wa ta’ala isyaratkan dalam surat al-’Ashr:

“وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ”.

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang (1) beriman[1], (2) beramal shalih, (3) saling nasehat menasehati dalam kebaikan dan (4) saling nasehat menasehati dalam kesabaran”. QS. Al-’Ashr: 1-3.
Sedemikian agungnya surat ini, sampai-sampai Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Seandainya Allah tidak menurunkan hujjah atas para hamba-Nya melainkan hanya surat ini; niscaya itu telah cukup” [2] .
Berikut penjabaran ringkas, masing-masing dari empat kunci tersebut di atas:

1. Kunci Pertama: Ilmu:

Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu agama, yaitu ilmu yang berlandaskan al-Qur’an dan Hadits dengan pemahaman para sahabat Nabi shallallahu’alaihiwasallam.
Ilmu yang dibutuhkan oleh seorang insan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban agama, wajib hukumnya untuk dicari oleh setiap muslim dan muslimah, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullahshallallahu’alaihiwasallam dalam sabdanya,
“طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ”
.
“Mencari ilmu hukumnya wajib atas setiap muslim”. HR. Ibnu Majah dari Anas bin Mâlik ط, dan dinyatakan sahih oleh Syaikh al-Albâni dalam tahqiqnya atas Misykâh al-Mashâbîh.
Di antara beragam disiplin mata ilmu agama, yang seharusnya mendapatkan prioritas pertama dan utama untuk dipelajari dan didalami terlebih dahulu oleh setiap muslim adalah: ilmu tauhid.

 Karena itulah pondasi Islam dan inti dakwah seluruh rasul dan nabi.
 Allah ta’ala berfirman,

“وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ”.
Artinya: “Dan telah Kami utus seorang rasul di setiap umat (untuk menyerukan) sembahlah Allah semata dan jauhilah thaghut”. QS. An-Nahl: 36.

2. Kunci Kedua: Amal:

‘Perjalanan suci’ seorang hamba setelah memiliki ilmu belum usai, namun masih ada ‘fase sakral’ yang menantinya; yaitu mengamalkan ilmu yang telah ia miliki tersebut. Ilmu hanyalah sarana yang mengantarkan kepada tujuan utama yaitu amal.

Demikianlah urutan yang ideal antara dua hal ini; ilmu dan amal. Sebelum seorang beramal ia harus memiliki ilmu tentang amalan yang akan ia kerjakan, begitupula jika kita telah memiliki ilmu, kita harus mengamalkan ilmu tersebut.

Seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya akan dicap menyerupai orang-orang Yahudi, dan mereka merupakan golongan yang dimurkai oleh Allah ta’ala, sebaliknya orang-orang yang beramal namun tidak berlandaskan ilmu, mereka akan dicap menyerupai orang-orang Nasrani, dan merupakan golongan yang tersesat. Dua golongan ini Allah singgung dalam ayat terakhir surat al-Fatihah:
“اهدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ”.
Artinya: “Tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus. Yaitu jalan golongan yang engkau karuniai kenikmatan atas mereka, bukan (jalannya) golongan yang dimurkai ataupun golongan yang tersesat“. QS. Al-Fatihah: 6-7.

3. Kunci Ketiga: Dakwah:

Setelah seorang hamba membekali dirinya dengan ilmu dan amal, dia memiliki kewajiban untuk ‘melihat’ kanan dan kirinya, peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Kepedulian itu ia apresiasikan dengan bentuk ‘menularkan’ dan mendakwahkan ilmu yang telah ia raih dan ia amalkan kepada orang lain.
Inilah fase ketiga yang seharusnya dititi oleh seorang muslim, setelah ia melewati dua fase di atas. Dia berusaha untuk mengajarkan ilmu yang ia miliki kepada orang lain, terutama keluarganya terlebih dahulu, dalam rangka meneladani metode dakwah Rasulullah shallallahu’alaihiwasallamyang Allah ceritakan dalam firman-Nya,
“وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ”.
Artinya: “Dan berilah peringatan (terlebih dahulu) kepada keluarga terdekatmu”. QS. Asy-Syu’arâ’: 214.
Tidak sepantasnya seorang da’i menyibukkan dirinya untuk mendakwahi orang lain di mana-mana lalu ‘menterlantarkan’ keluarganya sendiri; sebab sebelum ia ‘mengurusi’ orang lain, ia memiliki kewajiban untuk ‘mengurusi’ keluarganya terlebih dahulu, sebagaimana yang dijelaskan oleh Allahta’ala dalam firman-Nya,
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً”.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka”.QS. At-Tahrîm: 6.

Dalam berdakwah terhadap keluarga maupun kepada orang lain, kita dituntut untuk senantiasa mengedepankan sikap hikmah, dalam rangka mengamalkan firman Allah ta’ala,
“ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ”.

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, serta berdebatlah dengan mereka dengan jalan yang baik”. QS. An-Nahl: 125.
Inilah kunci ketiga yang akan mengantarkan seorang hamba ke surga. Namun seseorang tidak dibenarkan untuk langsung meloncat ke fase ketiga ini (yakni dakwah) tanpa melalui dua fase sebelumnya (yakni ilmu dan amal); karena jika demikian halnya ia akan menjadi seorang yang sesat dan menyesatkan ataupun menjadi seorang yang amat dibenci oleh Allah ta’ala.

Mereka yang berdakwah tanpa ilmu, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam sifati dalam sabdanya sebagai  orang yang sesat dan menyesatkan,
“إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا؛ اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا”
.
“Sesungguhnya Allah tidak melenyapkan ilmu (dari muka bumi) dengan cara mencabut ilmu tersebut dari para hamba-Nya, namun Allah akan melenyapkan ilmu (dari muka bumi) dengan meninggalnya para ulama; hingga jika tidak tersisa seorang ulamapun, para manusia menjadikan orang-orang yang bodoh sebagai panutan, mereka menjadi rujukan lalu berfatwa tanpa ilmu, sehingga sesat dan menyesatkan“. HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin ‘Amrradhiyallahu’anhuma, dengan redaksi Bukhari.
Sedangkan mereka yang berdakwah kemudian tidak mengamalkan apa yang didakwahkannya, Allah ta’ala cela dalam firman-Nya,
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ”.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika laian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan”. QS. Ash-Shaff: 2-3.

4. Kunci Keempat: Sabar:

Kesabaran dibutuhkan oleh setiap muslim ketika ia mencari ilmu, mengamalkannya dan mendakwahkannya; karena tiga fase ini susah dan berat.
Proses pencarian ilmu membutuhkan semangat ‘empat lima’ dan kesungguhan, sebagaima disitir oleh Yahya bin Abi Katsir :, “Ilmu tidak akan didapat dengan santai-santai”.

Pengamalan ilmu juga membutuhkan kesabaran, karena hal itu merupakan salah satu jalan yang utama yang mengantarkan seorang hamba ke surga, dan jalan menuju ke surga diliputi dengan hal-hal yang tidak disukai oleh nafsu. Dalam hadits shahih disebutkan,
“حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ”.

“(Jalan menuju ke) surga diliputi dengan hal-hal yang dibenci (nafsu), sedangkan (jalan menuju ke) neraka diliputi dengan hal-hal yang disukai hawa nafsu”. HR. Muslim dari Anas bin Mâlikradhiyallahu’anhu.
Tidak ketinggalan, dakwah juga membutuhkan kesabaran, karena itu merupakan jalan yang dititi para rasul dan nabi.
Sa’ad radhiyallahu’anhu bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya? Beliau shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Para nabi lalu mereka yang memiliki keutamaan yang tinggi, lalu yang di bawah mereka…”. HR. Tirmidzi dan beliau berkata, “Hasan shahih”, demikian pula komentar Syaikh al-Albani.
Inilah empat kunci masuk surga, semoga Allah ta’ala melimpahkan taufiq-Nya kepada kita semua untuk bisa meraihnya, amin.
Wallahu ta’ala a’lam. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.


Daftar Pustaka:
  1. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
  2. Kitab al-’Ilm, oleh al-’Utsaimîn.
  3. Misykâh al-Mashâbîh, karya at-Tibrîzî..
  4. Shahih Bukhari.
  5. Shahih Muslim.
  6. Sunan Ibn Mâjah.
  7. Sunan Tirmîdzi.
  8. Tafsir al-Imam asy-Syafi’i, dihimpun oleh Dr. Ahmad bin Mushthafa al-Farrân.
Footnote:
[1] Di dalam ayat tersebut disebutkan bahwa hal pertama yang akan menyelamatkan manusia dari kerugian adalah iman, lantas mengapa disimpulkan darinya bahwa kunci pertama dari empat kunci masuk surga adalah ilmu? Karena iman yang benar adalah iman yang dilandaskan di atas ilmu yang benar, jadi yang menjadi asas dan pondasi adalah ilmu. Lihat: Kitab al-’Ilm karya Syaikh Muhammad al-’Utsaimîn.
[2] Tafsîr al-Imâm asy-Syâfi’i (III/1461).

Sumber : tunasilmu.com


Comments

Popular posts from this blog

GENDAM SEDERHANA UNTUK MENDAPATKAN PIN BB SPG ROKOK TANPA MEMINTANYA

SEKSI DAN CANTIK, itu yang terlihat dan menjadi penilaian saya (atau bahkan anda) ketika melihat seorang sales promotion girl (SPG) rokok berjalan untuk menjual produknya. sore itu, saya dan teman saya sedang asik ngopi di sebuah warung kopi di piggir jalan daerah kalijudan Surabaya, tiba tiba saya melihat seorang SPG yang... yaaa cantik lah menurut saya itu sedang menawarkan rokok nya ke penjaga warung dan beberapa orang disana. lalu terjadilah percakapan antara saya dan teman saya: Saya: ada SPG brow, Teman: piye? digarap? saya pun tertaawa dan timbul pikiran iseng di otak saya, nah, karena saya sudah punya rokok, maka saya lemparkan rokok saya ke teman saya itu agar seolah olah saya tidak punya rokok dan... trik saya berhasil!!! SPG itu menghampiri saya! kira kira beginilah percakapan kami SPG: sore mas, ini ada promo dari Djarum mas, murah lho, beli dua dapat korek Saya: wah mbak saya ga seberapa djarum mbak ( dengan basa basi yang akhirnya saya dapat tester) SPG: (ke

PHOTO GALERY

CHANGE YOUR MIND, CHANGE YOUR LIFE by EDIM School

Sesuai dengan Judulnya, Materi EDIM School kali ini membahas tentang bagaimana pikiran kita dapat merubah segala aspek dalam kehidupan kita. segala sesuatu yang terdapat di dunia ini jika kita mengesampikan tentang tuhan maka bisa dilihat bahwa semuanya yang berhubungan dengan kita adalah bersumber dari pikiran kita sendiri. Semua materi di alam semesta memiliki energi yang memancarkan vibrasi, begitupun pikiran kita. nah, disaat kita memikirkan sesuatu yang berkaitan dengan materi yang kita inginkan, maka  vibrasi yang sama juga akan tertarik mendekati anda sehingga menjadi sebuah materi entah itu benda maupun sebuah kejadian. bisa terbayang jika kita selalu memikirkan hal hal yang positif, maka sesuatu yang positif pun juga akan mendekati anda... untuk penjelasan lebih mendetail silahkan gabung di EDIM School cp: Diky Tamyiz 083830015411

daud